*sebelumnya, maaf kalau jelek. Ini cerpen pertama yang admin buat soalnyaaa~*
Kika melangkahkan kaki
menuju kelasnya. Teman-teman masih bergerombol di depan kelas. Bu guru menyuruh
anak-anak masuk kelas. Pelajaran pun dimulai. Ternyata, hari ini pelajaran
matematika. Semua anak mengeluarkan alat tulis dan bukunya dari tasnya
masing-masing.
“Anak-anak, hari ini kita akan mempelajari materi bangun
datar. Sekarang, kalian gambar di buku tulis kalian, macam-macam bangun datar. Kalian
bisa cari di buku matematika masing-masing. Jangan lupa, pakai penggaris ya menggambarnya,
agar rapi.”ucap Bu Guru panjang lebar. Anak-anak sibuk menggambar, termasuk
Kika.
Kika mengeluarkan penggaris ungu dari tasnya. Penggaris
itu sangat lucu dan menarik. Warnanya ungu, bergambar hello kitty dan pita-pita
merah muda. Indah sekali. Bahkan teman sebangku Kika, Fiara, merasa tertarik
dengan penggaris Kika.
“Kika, penggarismu bagus sekali. Aku ingin punya
penggaris seperti milikmu.”ucap Fiara sambil memegang penggaris Kika. “Oh ini.
Iya, itu oleh-oleh dari Pamanku. Waktu itu pamanku baru datang dari
Singapura.”balas Kika. Fiara mengangguk mengerti. Menurut Fiara, penggaris itu
sangat istimewa. Maklum, Fiara tak mungkin memiliki penggaris seperti itu.
Orang tua Fiara hanyalah pedagang yang berjualan di pasar, mustahil jika pergi
ke Singapura hanya untuk membelikan penggaris. Diam-diam, Fiara ingin mengambil
penggaris itu. Ah, Kika tak mungkin mencarinya, kalau pun penggaris itu hilang,
dia pasti dibelikan lagi, pikirnya.
Istirahat pun tiba. Kika berjalan menuju kantin bersama
teman-teman lain. Sengaja, Fiara tak ikut ke kantin. Dia beralasan, masih
kenyang katanya. Sekarang, kelas sepi. Hanya ada Fiara, Pio, dan Yuna. Saat Pio
dan Yuna pergi ke kamar mandi, Fiara berkesempatan mengambil penggaris itu di
tas Kika. Ia membuka tas Kika, mengambil penggaris milik Kika, dan dimasukkan
ke dalam tasnya.
Tet..tet..tet..Bel masuk berbunyi, tanda istirahat telah
usai. Sekarang saatnya pelajaran Bahasa Indonesia. Bu guru masuk ke kelas, dan
meletakkan tasnya di meja guru. “Anak-anak, materi Bahasa Indonesia hari ini
adalah menentukan watak tokoh dalam cerita. Kalian membuat tabel ya! Tabel itu
terdiri dari nama tokoh, sifat atau watak, dan alasan. Jangan lupa, pakailah
penggaris agar terlihat rapi tabelnya.”ucap Bu Guru.
Kika melihat isi dalam tasnya. Ia mencari penggaris ungu
miliknya. Namun, penggaris itu tak ada. Kika bingung, dan akhirnya ia berjalan
menuju meja guru. “Bu, penggaris saya hilang. Boleh tidak, jika saya tidak
memakai penggaris membuat tabelnya?”tanya Kika. “Lebih baik penggarismu dicari
bersama-sama saja ya.”jawab Bu Guru.
“Anak-anak, apakah ada yang tahu letak penggaris
Kika?”tanya Bu Guru. Anak-anak menggeleng. “Baiklah. Kalau begitu, Bu Guru akan
mengadakan penyelidikan dan penggeledahan tas masing-masing.”ucap Bu Guru. Kika
tampak sedih, bagaimanapun penggaris itu sangat berharga baginya. Ia tak
melihat berapa harganya, tetapi siapa yang memberinya.
“Begini saja. Kika, apakah tadi pagi penggarismu masih
ada di dalam tasmu?”tanya Bu Guru. Kika mengangguk. “Iya bu. Tadi ada pelajaran
matematika, dan saya masih menggunakan penggaris itu.”jawab Kika. “Berarti
kemungkinan besar, penggaris itu hilang saat istirahat sekolah. Kika, kamu
tahu, siapa yang berada di dalam kelas saat istirahat tadi?”tanya Bu Guru. Kika
menjawab, “Saya tahu bu. Saat istirahat, hanya Pio, Fiara dan Yuna bu, yang
masih berada di dalam kelas.”. “Yuna, Pio, Fiara, silahkan maju ke depan dan
bawa tas kalian!”ucap Bu Guru tegas. Ketiga anak itu maju dengan membawa
tasnya. Yuna dan Pio tampak santai, karena mereka memang merasa tak bersalah.
Sedangkan Fiara, keringatnya bercucuran dan ia tampak ketakutan.
Bu Guru membuka tas masing-masing. Pertama, tas milik
Pio. Isinya hanya buku, tempat minum, dan kertas-kertas ulangan. Kedua, tas
milik Yuna. Isinya sama seperti tas Pio, hanya saja ada penggaris plastik dan
beberapa pensil di dalamnya. Tetapi, penggaris plastik itu bukanlah milik Kika.
Dan yang terakhir, tas milik Fiara. Tubuh Fiara bergemetar ketakutan. Ia tak
sanggup menahan malu di depan teman-teman sekelasnya, terutama kepada Kika.
Isi tas Fiara sama seperti tas milik Yuna dan Pio.
Tetapi, ada… Ya, penggaris ungu milik Kika! Fiara menangis dan mengakui
kesalahannya. Ia meminta maaf kepada Kika. “Fiara, perbuatan kamu sangat tidak
terpuji. Bu Guru akan membawamu ke ruang kepala sekolah untuk dihukum!”ucap Bu
Guru tegas. “Tak perlu bu. Saya sudah memaafkannya. Fiara, aku tahu kamu
menginginkan penggarisku. Tetapi, tidak seharusnya kamu mencuri seperti ini.
Kalau kamu mau, aku masih punya satu lagi kok untukmu! Ini pemberian dari
almarhum pamanku, dan aku disuruh untuk merawatnya. Penggaris ini sangat
berarti untukku.”kata Kika. Mereka pun berpelukan. “Terima kasih ya Ka, kamu
adalah sahabat yang baik. Aku sungguh menyesal telah berbuat seperti ini
kepadamu.”balas Fiara.
0 comments:
Post a Comment