~~~ Welcome to my blog! And don't forget to visit again ^^ Arigato! ありがとう ~~~
Welcome to Chovanila Zone Blog! Please leave a chat or comment :)
RSS

Friday 2 May 2014

Cerpen : Penggaris Ungu Kika

*sebelumnya, maaf kalau jelek. Ini cerpen pertama yang admin buat soalnyaaa~*

Kika melangkahkan kaki menuju kelasnya. Teman-teman masih bergerombol di depan kelas. Bu guru menyuruh anak-anak masuk kelas. Pelajaran pun dimulai. Ternyata, hari ini pelajaran matematika. Semua anak mengeluarkan alat tulis dan bukunya dari tasnya masing-masing.
            “Anak-anak, hari ini kita akan mempelajari materi bangun datar. Sekarang, kalian gambar di buku tulis kalian, macam-macam bangun datar. Kalian bisa cari di buku matematika masing-masing. Jangan lupa, pakai penggaris ya menggambarnya, agar rapi.”ucap Bu Guru panjang lebar. Anak-anak sibuk menggambar, termasuk Kika.
            Kika mengeluarkan penggaris ungu dari tasnya. Penggaris itu sangat lucu dan menarik. Warnanya ungu, bergambar hello kitty dan pita-pita merah muda. Indah sekali. Bahkan teman sebangku Kika, Fiara, merasa tertarik dengan penggaris Kika.
            “Kika, penggarismu bagus sekali. Aku ingin punya penggaris seperti milikmu.”ucap Fiara sambil memegang penggaris Kika. “Oh ini. Iya, itu oleh-oleh dari Pamanku. Waktu itu pamanku baru datang dari Singapura.”balas Kika. Fiara mengangguk mengerti. Menurut Fiara, penggaris itu sangat istimewa. Maklum, Fiara tak mungkin memiliki penggaris seperti itu. Orang tua Fiara hanyalah pedagang yang berjualan di pasar, mustahil jika pergi ke Singapura hanya untuk membelikan penggaris. Diam-diam, Fiara ingin mengambil penggaris itu. Ah, Kika tak mungkin mencarinya, kalau pun penggaris itu hilang, dia pasti dibelikan lagi, pikirnya.
            Istirahat pun tiba. Kika berjalan menuju kantin bersama teman-teman lain. Sengaja, Fiara tak ikut ke kantin. Dia beralasan, masih kenyang katanya. Sekarang, kelas sepi. Hanya ada Fiara, Pio, dan Yuna. Saat Pio dan Yuna pergi ke kamar mandi, Fiara berkesempatan mengambil penggaris itu di tas Kika. Ia membuka tas Kika, mengambil penggaris milik Kika, dan dimasukkan ke dalam tasnya.
            Tet..tet..tet..Bel masuk berbunyi, tanda istirahat telah usai. Sekarang saatnya pelajaran Bahasa Indonesia. Bu guru masuk ke kelas, dan meletakkan tasnya di meja guru. “Anak-anak, materi Bahasa Indonesia hari ini adalah menentukan watak tokoh dalam cerita. Kalian membuat tabel ya! Tabel itu terdiri dari nama tokoh, sifat atau watak, dan alasan. Jangan lupa, pakailah penggaris agar terlihat rapi tabelnya.”ucap Bu Guru.
            Kika melihat isi dalam tasnya. Ia mencari penggaris ungu miliknya. Namun, penggaris itu tak ada. Kika bingung, dan akhirnya ia berjalan menuju meja guru. “Bu, penggaris saya hilang. Boleh tidak, jika saya tidak memakai penggaris membuat tabelnya?”tanya Kika. “Lebih baik penggarismu dicari bersama-sama saja ya.”jawab Bu Guru.
            “Anak-anak, apakah ada yang tahu letak penggaris Kika?”tanya Bu Guru. Anak-anak menggeleng. “Baiklah. Kalau begitu, Bu Guru akan mengadakan penyelidikan dan penggeledahan tas masing-masing.”ucap Bu Guru. Kika tampak sedih, bagaimanapun penggaris itu sangat berharga baginya. Ia tak melihat berapa harganya, tetapi siapa yang memberinya.
            “Begini saja. Kika, apakah tadi pagi penggarismu masih ada di dalam tasmu?”tanya Bu Guru. Kika mengangguk. “Iya bu. Tadi ada pelajaran matematika, dan saya masih menggunakan penggaris itu.”jawab Kika. “Berarti kemungkinan besar, penggaris itu hilang saat istirahat sekolah. Kika, kamu tahu, siapa yang berada di dalam kelas saat istirahat tadi?”tanya Bu Guru. Kika menjawab, “Saya tahu bu. Saat istirahat, hanya Pio, Fiara dan Yuna bu, yang masih berada di dalam kelas.”. “Yuna, Pio, Fiara, silahkan maju ke depan dan bawa tas kalian!”ucap Bu Guru tegas. Ketiga anak itu maju dengan membawa tasnya. Yuna dan Pio tampak santai, karena mereka memang merasa tak bersalah. Sedangkan Fiara, keringatnya bercucuran dan ia tampak ketakutan.
            Bu Guru membuka tas masing-masing. Pertama, tas milik Pio. Isinya hanya buku, tempat minum, dan kertas-kertas ulangan. Kedua, tas milik Yuna. Isinya sama seperti tas Pio, hanya saja ada penggaris plastik dan beberapa pensil di dalamnya. Tetapi, penggaris plastik itu bukanlah milik Kika. Dan yang terakhir, tas milik Fiara. Tubuh Fiara bergemetar ketakutan. Ia tak sanggup menahan malu di depan teman-teman sekelasnya, terutama kepada Kika.

            Isi tas Fiara sama seperti tas milik Yuna dan Pio. Tetapi, ada… Ya, penggaris ungu milik Kika! Fiara menangis dan mengakui kesalahannya. Ia meminta maaf kepada Kika. “Fiara, perbuatan kamu sangat tidak terpuji. Bu Guru akan membawamu ke ruang kepala sekolah untuk dihukum!”ucap Bu Guru tegas. “Tak perlu bu. Saya sudah memaafkannya. Fiara, aku tahu kamu menginginkan penggarisku. Tetapi, tidak seharusnya kamu mencuri seperti ini. Kalau kamu mau, aku masih punya satu lagi kok untukmu! Ini pemberian dari almarhum pamanku, dan aku disuruh untuk merawatnya. Penggaris ini sangat berarti untukku.”kata Kika. Mereka pun berpelukan. “Terima kasih ya Ka, kamu adalah sahabat yang baik. Aku sungguh menyesal telah berbuat seperti ini kepadamu.”balas Fiara.

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment