~~~ Welcome to my blog! And don't forget to visit again ^^ Arigato! ありがとう ~~~
Welcome to Chovanila Zone Blog! Please leave a chat or comment :)
RSS

Thursday 1 May 2014

Artikelku : Problematika Ujian Nasional 2014

Sebagai pelajar SMP kelas 9 yang turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan UNAS *hurufkapitalmenyesuaikanajaranEYD , tak ada salahnya jika saya mengupas sedikit problematika yang muncul karena adanya UNAS ini. Baiklah, meskipun saya hanyalah seorang pelajar berumur 13 tahun yang belum layak untuk mengikuti UNAS, namun ini merupakan bentuk perwujudan kewajiban saya akan tingkatan kelas.
UNAS, semua orang tahu bahwa kepanjangan dari kata itu adalah Ujian Nasional, tak perlu dipertanyakan lagi. Namun, yang membuat saya heran, banyak muncul kabar di akun sosial media, hingga di media cetak, bahwa soal UNAS tahun ini ditinggikan sedikit *sedikit loh* tingkat kesulitannya. Ada juga yang mengatakan kalau soal UNAS tahun ini dibuat dengan standar OSN, internasional, atau apalah itu yang sulit-sulit pokoknya. Tak jarang, menemui kasus "Beberapa pelajar menangis setelah UNAS berlangsung". Turut prihatin lah tentunya. Kalau memang UNAS merupakan kepanjangan dari Ujian Nasional, kenapa ada kabar bahwa soal UNAS dibuat dengan standar internasional? Berarti bukan UNAS namanya, tapi UINS! Ujian Internasional! Lagipula, di setiap daerah di Indonesia, terdapat perbedaan dalam sistem pengajaran bukan? Sebagai contoh, di Jawa lebih cepat penyampaian materinya dibandingkan dengan luar Jawa. Kan tidak adil namanya! Jadi lebih baik, UNAS tetap ada, namun soal-soal UNAS itu tak perlu dibuat dengan standar yang aneh-aneh. Karena, soal UNAS itu sama rata, antar pulau sama, meskipun tiap daerah berbeda-beda capaian materinya. Tidak ditinggikan tingkat kesulitannya saja tidak semuanya pelajar lulus, apalagi jika soal-soal itu ditinggikan tingkat kesulitannya? Saya rasa cukup miris membayangkannya.
Permasalahan 20 paket soal. Yang menjadi masalah adalah, apakah keduapuluh paket soal itu sama tingkat kesulitannya? Jika tidak, lalu bagaimana dengan nasib seorang pelajar yang menerima paket soal susah? Apabila nilainya lebih rendah dibandingkan dengan salah satu temannya yang kebetulan mendapat paket soal yang lebih mudah, apa itu adil namanya? Sungguh tidak, itu jauh dari keadilan. Solusinya, lebih baik tidak perlu diadakan paket soal yang bermacam-macam seperti itu. Toh tetap saja, masih ada kecurangan dibalik 20 paket soal itu. Karena kecurangan di Indonesia itu sudah terlalu luas, dan sulit untuk dibasmi. Pelajar yang benar-benar jujur, ada dua faktor, yaitu ia tak memiliki sejumlah uang untuk membayar joki, dan yang kedua ia bertekad dalam hati dengan sungguh-sungguh bahwa ia harus jujur. Faktor finansial dan kekuatan iman saja yang membuat seorang pelajar harus jujur.
Menghadapi berbagai problematika tersebut, pertanyaannya ialah mengapa UNAS masih ada dari tahun ke tahun? Karena setiap pelaksanaannya, UNAS selalu menuai badai. Ada pro dan kontra yang muncul. Daripada menjadi masalah setiap tahun, kan lebih baik dihapuskan saja. Toh ya tetap ada ujian sekolah, ujian praktek, tes masuk SMA, dan tes SNMPTN. Atau jika UNAS tetap dipertahankan, sebaiknya diperbaiki kualitasnya. Jangan sampai ada kecurangan-kecurangan lagi, walau itu terselebung lewat celah kecil. Dan tidak perlu pula, soal dibuat dengan standar aneh-aneh. Itu hanya menyusahkan para pelajar saja, tak membawa hasil. 

Sekian,
Terima kasih.

*artikel ini dibuat berdasarkan problematika yang muncul dan pendapat seorang pelajar SMP tentang penyelenggaraan Ujian Nasional tahun ini*

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment