~~~ Welcome to my blog! And don't forget to visit again ^^ Arigato! ありがとう ~~~
Welcome to Chovanila Zone Blog! Please leave a chat or comment :)
RSS

Friday 28 June 2013

MISTERI DANAU ALFORIA : Kulit Kerang Bercahaya



Hari kedua… Aku membuka mata perlahan. Kulihat Nadia dan Farah sedang merapikan rambut dan melipat baju tidurnya. Sementara Fista dan Aliya masih tertidur lelap. “Nadia, Farah, sholat Subuh yuk!”ucapku setelah merapikan rambut dan melipat selimut. “Tapi belum adzan!”balas Farah. “Kamu mau sholat pakai baju tidur gitu? Sana ganti baju dulu!”tambah Nadia. “Iya, iya!”jawabku. Aku segera menuju kamar mandi dan berganti pakaian, lalu merapikan rambut. Suara adzan Subuh pun terdengar telinga. Aku membangunkan Aliya dan Fista yang masih tertidur lelap di kasur. “Fista, Aliya, bangun! Waktunya sholat Subuh nih!”seruku sambil menepuk bahu Fista dan Aliya. Mereka segera bangun, kemudian kami sholat Subuh bersama-sama.
            Bu Ina mengecek kamar kami. “Anak-anak, setelah sholat Subuh kalian langsung mandi dan berpakaian rapi ya! Lalu bergegas menuju ruang makan untuk sarapan!”perintah Bu Ina. “Baik bu!”jawab kami serempak. Kami segera melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Bu Ina. Dan kini saatnya menuju ruang makan.
            Ohayou Gozaimashu Cherrysa, Farah, Nadia!”sapa Alvin. Kami saling menyapa, dan makan bersama. “Siap-siap ya, buat penjelajahan nanti!”seruku. Semua menatapku, dan melanjutkan makan. Hmm,, tatapan yang sungguh menyinggung! Apakah ada yang salah dengan ucapanku barusan?
            Sambil menunggu waktu penjelajahan, kami berlima berjalan-jalan sekitar penginapan. Pemandangan di sini memang bagus, cocok untuk refreshing. Udaranya sejuk, sangat mendukung untuk proses berpikir bagi para pelajar. Mungkin karena terlalu sejuk, aku dan Nadia masih memakai sweeter.
            Tak terasa, waktu penjelajahan pun dimulai. Semua anak berbaris rapi menuju hutan, kecuali kelompok yang sudah menemukan bahan. “Anak-anak, Bu Ina akan memandu kalian di depan. Tidak boleh berpisah dari grupnya, atau berpisah dari rombongan sekolah. Dan ingat, jangan mendekati gua dan danau yang ada di hutan sana! Mengerti?”seru Bu Ina. “Mengerti!!!!!!!”jawab anak-anak serempak. Hmm,, gua dan danau! Aku jadi ingat perkataan pemandu wisata waktu itu.
            Kali ini, aku berjalan bersama Alvin di belakang. Kelompok kami berada di depan kelompok Aliya. Aku asyik mengobrol dengan Alvin, tiba-tiba mataku kelilipan. Langkah kami terhenti. Alvin meniup mataku. Yey, akhirnya mataku sudah gak kelilipan lagi. Kami menyusul Farah, Nadia, dan Frio. “Hey, kalian berdua darimana? Kok berlarian menyusul kita begitu?”tanya Frio. “Eh,, mmm, eng-gak kok, mataku tadi kelilipan. Sorry ya guys, aku gak bilang sama kalian dulu!”ucapku. “Ehem,, ehem,, kelilipan atau….”belum sempat Nadia menyelesaikan ucapannya, Frio menyahut, “Pengen jalan berdua sama Alvin? Hayo ngaku?!”. Aku tersentak kaget, “Hah? Ya nggak lah! Aku kan jalan sama kalian berempat! Bukan sama Alvin aja, iya kan?”sangkalku. Karena mungkin terlalu kaget, mataku kelilipan lagi. “Aduh, tuh kan mataku jadi kelilipan lagi nih!”keluhku. Dan lagi-lagi Alvin yang meniup mataku, karena memang daritadi dia berjalan disampingku. “Thanks ya, Vin!”ucapku tersenyum. Dia mengangguk. Frio, Farah, dan Nadia menoleh ke belakang, melihat kami berdua. Haduh, aku kan malu dilihatin gini. Eh, kenapa sejak tadi Alvin diem aja ya, atau mungkin dia sakit, atau.. salah tingkah karena ucapan teman-teman tadi? Hah, sudahlah.
            Kelompok Aliya berjalan lebih dulu, sehingga sekarang kami berada paling belakang. Huh, berjalan paling belakang lagi, rasanya menakutkan. Saat kami berjalan-jalan melihat sekeliling, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh. Bayangan yang sedari tadi mengikuti langkah kami berjalan menjadi banyak jumlahnya. Tentu kamu tahu kan, sinar matahari yang mengenai tubuh kita akan menghasilkan bayangan. Nah, bayangan itu seketika menjadi banyak, melebihi jumlah orang yang berjalan saat ini. Padahal, di belakang kami sudah tidak ada anak satupun. Saat kutoleh kebelakang, memang tidak ada anak. Aku merinding ketakutan. “Alvin, kamu toleh kebelakang dong!  Bayangan itu…”ucapku. Alvin menoleh. “Nggak ada yang aneh! Bayangan itu bayangan tubuh kita sendiri, Rysa! Tuh, jumlah nya juga ada lima, sesuai dengan jumlah orang yang berjalan saat ini. Hahaha… Sama bayangan aja takut!”ucap Alvin. Aku tidak percaya, kutoleh lagi. Benar! Bayangan itu jumlahnya lima! Padahal, jelas-jelas aku tadi melihat jumlahnya banyak, lebih dari lima!
            Aku berusaha melupakan. Mungkin saja aku salah lihat, karena rasa takutku yang terlalu menghantui. “Sudah, gak usah nangis! Itu cuma perasaan kamu aja..”ucap Alvin. Tak kusangka, Alvin tiba-tiba mengusap air mata yang ada di pipiku. Ia sungguh perhatian terhadapku! Alvin memang sahabat yang baik. “Thanks ya, Vin! Kamu perhatian banget sama aku. Kamu memang sahabat yang paling baik, yang pernah kutemui.”ucapku. Ia tersenyum dan menggandeng tanganku. Apa maksudnya ini? Aku tak menolak, hanya mengikuti saja. Rasa perhatian Alvin terhadapku hanyalah sebagai sahabat, tidak lebih dari itu.
            Farah, Nadia, dan Frio menghentikan langkahnya. “Hei, kalian berdua kalau jalan lama banget sih?”celoteh Frio. Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba Nadia menambah, “Eits, lihat tuh temen-temen! Cherrysa dan Alvin bergandengan tangan!”. “Iya, iya, jangan-jangan kalian..”belum selesai berceloteh, Alvin menyangkal, “Haduh, bukan apa-apa! Kalian salah paham! Tadi Cherrysa ketakutan, ya udah kita jadi jalannya lambat!”. Alvin melepaskan tanganku. Hmm,, ada yang aneh! Di tengah seru-serunya berbicara seperti ini, Farah hanya diam tak ikut angkat bicara. Farah kenapa ya? Atau mungkin saja dia cemburu mendengar ucapan Nadia dan Frio barusan? Dan Farah suka sama Alvin? Hah, lupakan! Mungkin saja Farah lagi sariawan, males berbicara! Hehehe...
            Kami melanjutkan berjalan. Kulihat teman-temanku. Kali ini Alvin asyik mengobrol dengan Farah. Tampaknya, Farah senang sekali bisa mengobrol sedekat itu dengan Alvin. Eh, kenapa aku jadi mengurusi mereka? Tak ada yang salah jika mereka mengobrol, kan kita bersahabat! Kenapa sepertinya aku merasa kesal setiap melihat Farah dekat dengan Alvin? Sudahlah Cherrysa, lupakan!, batinku. Kulihat Nadia asyik mengobrol dengan Frio. Huh, aku berjalan sendirian! Sungguh membosankan!
            Tiba-tiba aku melihat sebuah kulit kerang berkuran kecil yang cukup banyak jumlahnya. Aku mengambil kulit-kulit kerang itu. “Guys, lihat! Ada kulit kerang nih! Kayaknya bisa kalau kita gunakan sebagai bahan lomba KIR!”seruku. Teman-teman menghampiriku. “Memangnya mau dibuat apa, kulit kerang itu?”tanya Farah. Aku menjawab, “Hmm,, aku tidak tahu pasti sih! Tapi, kita kan bisa cari kandungan kulit kerang di internet..”Aku pernah baca di artikel, kulit kerang itu banyak mengandung kalsium karbonat.”tambah Alvin. Maklum, dia kan suka baca buku! Frio menambah, “Kalo setahuku sih, kalsium karbonat itu banyak terkandung dalam pasta gigi, gigi palsu, pokoknya yang berhubungan dengan tulang dan gigi.”. “Ya sudah, kita ambil saja kulit-kulit kerang ini!”seru Nadia. “Mmm,, kalian lihat gak, cahaya yang ada di salah satu kulit kerang itu?”ucapku seraya menunjukkan cahaya yang kumaksud. Ada salah satu kulit kerang yang berukuran cukup besar dibandingkan dengan yang lain. Kulit kerang itu mengeluaran cahaya kecil. Indah, tapi aneh! Mana mungkin kulit kerang bercahaya? “Iya, kok aneh ya?”balas Frio. “Sudah, mungkin itu kulit kerang gagal cetak!”jawab Nadia sambil ketawa. Kami ikut tertawa.
            Mungkin bagi teman-temanku, cahaya yang ada di kulit kerang itu tidak penting. Tapi menurutku, cahaya itu perlu diselidiki. Mungkin saja ada arti tersembunyi dibalik cahaya itu. Atau,, bisa saja cahaya itu dapat membahayakan kita!
            Akhirnya, bahan untuk lomba KIR sudah ada. Sekarang, tinggal berjalan menuju penginapan dengan mengikuti arah panah yang ada. Oh ya, kalian belum tahu, jalan yang kami lewati sekarang berbeda lho dengan jalan yang kami lewati kemarin! Jadi, kami tidak mungkin menemui jalan bercabang yang kemarin itu.
            Tiba-tiba, Farah menjerit, “Aduh! Sakiitttt….”. Ia menangis kesakitan. Aku, Nadia, dan Frio menghampiri Farah dan Alvin yang daritadi berjalan di belakang. Ternyata kaki Farah tersandung batu dan ia jatuh. “Ya ampun Farah! Kaki kamu berdarah! Tuh lihat, kamu perlu diobati.”ucapku. Untungnya, Nadia membawa obat merah dan plester di saku bajunya. Tiba-tiba aku melihat sesuatu. Di dekat batu itu terdapat sebuah kulit kerang yang bercahaya. Aku mengambilnya. “Teman-teman, ini kan kulit kerang bercahaya yang kita ambil tadi. Kok bisa ada disini? Bukannya kita bawa di kantong plastik ya?”ucapku bingung. “Oh iya ya, kalo gitu coba di cek di kantong plastik, kulit kerang bercahaya yang tadi itu ada atau tidak!”tambah Alvin. Frio yang membawa kantong plastik itu, dan ia melihat isi kantong plastik. Ternyata kulit kerang bercahaya itu tidak ada! Dan kulit kerang itu berpindah tempat di sebelah batu tempat Farah jatuh. Kok bisa ya? Ini sungguh tidak masuk akal! Frio memasukkan kulit kerang bercahaya itu di kantong plastiknya.
            Kami melanjutkan perjalanan. Aku menoleh ke belakang, melihat Farah dirangkul Alvin, dan dibantu berjalan. Rasa kesal kembali tumbuh dari dalam hatiku. Apa mungkin aku cemburu melihat mereka? Tapi itu kan sebuah hal yang wajar, seorang anak yang membantu sahabatnya berjalan karena kaki sahabatnya sakit. Ya ampun Cherrysa! Alvin dan Farah itu sahabatmu, tidak boleh berpikir seperti itu. Kamu tidak boleh menyukai sahabatmu sendiri, karena justru itulah yang akan merusak persahabatanmu, batinku.
            Tiba-tiba, hal yang sama terulang lagi. Untuk kedua kalinya, kami menemukan….
                           => TUNGGU CERITA SELANJUTNYA : GUA MISTERIUS <=

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment