~~~ Welcome to my blog! And don't forget to visit again ^^ Arigato! ありがとう ~~~
Welcome to Chovanila Zone Blog! Please leave a chat or comment :)
RSS

Thursday 27 June 2013

MISTERI DANAU ALFORIA : Misteri Arah Panah



Hoaahhmmm… Aku terbangun dari tidur. Kulihat jam dinding. Yah, masih jam 4 pagi! Sepertinya teman-temanku belum ada yang bangun. Fista masih tidur. Nadia dan Aliya juga! Tapi Farah kok nggak ada ya? Aku mengusap mata dan keluar kamar mencari Farah. Aku pengen sholat Subuh, tapi belum adzan. Farah dimana ya?
            Aku berjalan melewati beberapa kamar yang ada di penginapan. Aku tengok kamar mandi, Farah juga tidak ada. Mungkin Farah berada di lantai bawah. Tanpa pikir panjang, aku menuruni tangga. Suasananya kok masih sepi sekali ya? Padahal sekarang mau Subuh loh!
            Itu Farah!! Aku melihat Farah duduk sendirian di kursi taman dekat mushola. Mukanya tampak sedih dan murung. Farah kenapa ya? Aku menghampirinya. Melihat Farah sedih, aku jadi ingat hal kemarin.
            Ohayou, Gozhaimasu Farah! (Selamat pagi Farah)”sapaku ramah. “Ohayou Cherrysa!”balasnya. “Kamu kenapa? Kok mukanya sedih?”tanyaku. “Gak tau kenapa, aku nggak tenang, Fa! Rasanya aku pengen pulang. Padahal sebelumnya, aku gak pernah merasa seperti ini. Melihat hutan Alfo, tiba-tiba muncul perasaan tidak enak.”. Farah menjelaskan apa yang dia alami. “Aku merasakan hal itu sejak kemarin, Far! Nadia juga… Lebih baik kita berdoa, semoga tidak ada hal buruk yang akan menimpa kita.”ucapku. Farah mengangguk. Tak lama kemudian, adzan Subuh berkumandang. Aku dan Farah mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat.
            Seusai sholat, aku menghampiri Alvin dan Frio. Rupanya mereka sedang bercanda. Kami pun mengajak mereka untuk keluar. Aku, Farah, Alvin dan Frio berniat untuk menyusul Nadia. Kami bercanda sambil menunggu kegiatan selanjutnya. Aku berusaha melupakan apa yang aku rasakan semalam.
            Tak terasa, matahari pun terbit. Pagi pun datang. “Ayo anak-anak! Sekarang sudah jam 6 pagi… Silahkan mandi dan berganti pakaian, lalu sarapan. Karena setelah ini kalian akan menjelajah hutan dan mencari bahan untuk lomba KIR!”seru Bu Ina. Anak-anak berhamburan menuju kamar masing-masing dan bersiap-siap untuk menjelajah.
            Tepat pukul 7, kami disuruh berkumpul di depan penginapan. Aku membawa beberapa camilan dan minuman untuk nanti. “Frio, kita menjelajah hutan sampai jam berapa?”tanya Farah. “Setahuku sih jam 6 sore!”jawab Frio. “Hah? Jam 6 sore? Lama banget!”celotehku. “Ya emang! Karena itu kita disuruh bawa bekal kayak gini…”tambah Alvin. “Kalian tahu darimana?”ucap Nadia. “Aku tadi tanya Bu Ina…”kata Frio.
            Setelah diberi penjelasan, kami memulai penjelajahan. Awalnya, kelompokku berjalan bersamaan dengan kelompok Fista. Tapi, akhirnya kelompok kami berpencar. Aku melihat sekeliling hutan. Yang kutemui hanya pohon, semak, rumput liar, batu, kerikil, dan belalang yang terkadang hinggap di kakiku. Aku tidak menemukan ide untuk lomba KIR.
            “Guys, kalian punya ide nggak buat lomba KIR? Mungkin batu dimanfaatkan jadi apaaa gitu???”tanyaku. “Mmm,, enggak!”jawab mereka kompak. Kami serius mencari jalan agar tidak tersesat. Hingga akhirnya kami menemukan jalan bercabang. Kami mengikuti arah panah yang menunjukkan salah satu jalan diantara dua jalan itu.
            Aku berjalan paling belakang diantara teman-temanku. Sepertinya tidak ada kelompok lain yang mengikuti arah jalan kami. Aku terheran. Padahal kami sudah benar mengikuti arah panah penunjuk jalan. Atau jangan-jangan itu bukan panah untuk sekolah kami? Kita tersesat?
            “Temen-temen, kayaknya kita tersesat deh! Dari tadi kita nggak melihat kelompok lain dari sekolah kita. Mungkin saja panah itu bukan untuk kita?”ucapku agak takut. “Iya juga sih! Kelompok lain mana ya?”ucap Nadia. “Gak ada salahnya kita mengulangi jalan yang tadi. Jalan yang bercabang itu! Mungkin aja kita salah lihat arah panah…”kata Alvin. “Tapi sepertinya keberadaan kita sudah jauh dari  jalan bercabang itu!”seru Farah. Frio mengangguk, kemudian menambah, “Insya allah aku masih ingat kok jalannya!”.
            Kali ini Frio berjalan paling depan. Kami mengikutinya dan mengingat-ingat jalan bercabang itu. Sesampai di jalan bercabang, kami melihat arah panah itu sudah tidak ada. “Loh, tadi arah panahnya disini kan?”tanyaku. “Iya! Kok sekarang sudah tidak ada ya?”tambah Nadia. “Mungkin saja kita salah jalan, guys!”seru Alvin. “Ya sudah, kita tadi kan memilih jalan kiri, sekarang kita memilih jalan kanan aja!”kata Farah. Teman-teman mengangguk setuju.
            Kami berjalan cukup lama. Akhirnya kami menemukan rombongan dari sekolah. Tentu saja kami merasa lega. Hatiku cukup plong melihat teman-teman sekelasku. “Kalian darimana saja? Kok lama sekali baru sampai sini?”tanya seseorang yang ternyata itu adalah Aliya. “Mmm,, nggak. Kami tadi cuma lama berjalan saja…”jawabku. Aku berusaha menutupi penyebab yang sebenarnya. Sepertinya Aliya tidak perlu tahu. “Sudah dapat bahan untuk lomba KIR?”tanya Fista. Nadia menggeleng. Rupanya kelompok Fista juga belum dapat bahan untuk lomba KIR. Ya sudahlah, kata Bu Ina, bagi kelompok yang belum menemukan bahan, bisa dilanjut besok mencarinya.
            Aku berharap besok sudah menemukan bahan dan ide. Tetapi aku masih heran dengan arah panah tadi. Mengapa bisa hilang begitu saja ya? Anehnya, tidak ada bekas atau jejak sama sekali. Kalau misalnya arah panah itu dicabut, mungkin ada bekas di tanah.
            Setelah makan malam, aku, Nadia, dan Farah kembali ke kamar penginapan. Namun, Fista dan Aliya belum tampak rupanya. Kami melakukan kegiatan masing-masing. Aku asyik membaca novel. Nadia bermain laptop. Farah melihat televisi dengan channel kesayangannya. “Kalian heran nggak sih sama arah panah tadi?”ucapku membuka pembicaraan. Aku berharap mereka merespon. “Iya, aku juga merasa aneh sama arah panah tadi.”kata Farah. “Aku juga merasa aneh dan heran, hilangnya arah panah itu tidak meninggalkan jejak apa-apa.”tambah Nadia. “Kalau misalnya panah itu dicabut, pasti ada bekasnya di tanah. Kalau panah itu diterpa angin, mestinya panah itu masih ada, cuma kondisinya miring. Lagipula, saat kita berjalan tidak ada angin kencang kok!”kata Farah. Aku dan Nadia mengangguk.
            Saat kami membahas panah, tiba-tiba Aliya dan Fista datang. Kami segera mengalihkan pembicaraan. “Kalian lagi ngomongin apa sih?”tanya Fista. “Bukan apa-apa kok! Kami hanya membicarakan keindahan pemandangan di hutan tadi.”jawab Nadia. Tepat pukul 9 malam, kami segera bersiap untuk tidur dan menghentikan aktivitas masing-masing.
            Seketika itu pula, perasaan tidak enak menghantuiku. Aku tidak bisa tidur. Atau jangan-jangan arah panah itu ada hubungannya dengan perasaanku ini? Arah panah itu menyesatkanku. Padahal sudah jelas sebelumnya, panah itu menunjukkan arah kiri, dan ternyata jalan yang benar adalah kanan. Aku berusaha tenang dan memejamkan mataku, melupakan apa yang terjadi. Aku harus konsentrasi dalam mencari bahan lomba KIR. Waktu tinggal 2 hari lagi. Menemukan bahannya saja belum, bagaimana mau menelitinya? Sudahlah Cherrysa, tenangkan pikiranmu!

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment