Seorang anak perempuan
yang bernama Friskania Aira, mengalami kecelakaan bis sewaktu karya wisata
bersama teman-teman SMP nya. Ia berasal dari Kota Sidopono. Untungnya, ada
seorang kakek yang menolongnya karena kebetulan lewat di lokasi kejadian.
Namanya Kakek Alif, Alif Winarko. Beliau mempunyai seorang cucu perempuan yang
bernama Safira Dina Aulia.
Saat Safira bertanya siapa diri Friska yang sebenarnya,
ia tak ingat apa-apa. Friska mengalami amnesia. Ia tak tahu namanya, daerah
asalnya, bahkan keluarganya. Akhirnya, Safira memberi nama Friska, Farah Azalia
Maura. Dan untuk sementara waktu, ia tinggal di rumah Kakek Alif sampai
ingatannya pulih.
Selama tinggal disitu, Friska mendapat banyak pengalaman.
Mulai dari belajar bangun pagi, memasak, hingga membantu kakek di sawah. Ia
menjadi gadis sederhana, jauh dari kehidupan aslinya yang serba berkecukupan.
Dua minggu setelah kejadian, Friska dan Safira mencoba
untuk ke lokasi kecelakaan. Friska menemukan sebuah dompet hangus, yang isinya
selembar uang sepuluh ribu sobek dan sebuah kartu pelajar. Sayang, foto yang
ada di kartu itu hangus terbakar. Namun, ia beruntung karena nama sang pemilik
tidak ikut hangus. Dan pemilik kartu itu bernama Revanditya Nino Alvian, yang
sebenarnya adalah sahabat Friska sejak kecil, sekaligus teman di SMP lama
Friska. Gadis itu menyimpannya, ia berharap suatu hari dapat mengembalikan
dompet yang ditemukannya dan mengembalikan kepada pemiliknya.
Di sekolahnya yang baru, SMPN 1 Tulungmegung, Friska
tergolong siswi yang berprestasi. Pernah suatu hari ada lomba menulis cerita di
sekolahnya, dan ia berhasil memenangkannya. Friska mewakili sekolahnya untuk
mengikuti lomba menulis cerita tingkat nasional di Kota Makalung. Begitupun
dengan Safira. Ia juga mewakili sekolah dalam lomba melukis bersama Friska.
Akhirnya, rombongan dari SMPN 1 Tulungmegung berangkat
bersama menuju kota Makalung. Dan saat lomba berlangsung, semua berlalu dengan
lancar. Namun, saat Friska keluar dari ruangan lomba, ia terpisah dari
rombongan sekolahnya. Ia kebingungan mencari teman-teman yang satu sekolah
dengannya. Disaat itulah, Friska bertemu dengan Nino, yang tanpa disadari Nino
adalah orang yang selama ini Friska cari untuk mengembalikan dompet hangus
waktu itu. Tetapi Friska tak menyadarinya. Baru setelah ia bertemu rombongannya
dan menceritakan ke Safira, Friska menyadari itu semua. Ia mencari Nino
kemana-mana, namun tak berhasil.
Saat pengumuman lomba, Friska meraih juara 2. Ia maju ke
atas panggung. Tiba-tiba ia melihat Nino, dan seketika memorinya pun kembali.
Ia mengingat siapa dirinya, keluarganya, dan persahabatannya dengan Nino selama
ini. Friska pun jatuh pingsan.
Setelah siuman, inilah pertemuan Friska dan sahabatnya
untuk yang pertama kali setelah ingatannya pulih. Mereka berencana untuk
kembali ke Kota Sidopono setelah pembuatan komik Friska dan Safira selesai.
Hari yang ditunggu-tunggu. Friska dan Nino pulang ke
Sidopono. Saat Nino mengantri tiket di pelabuhan, tiba-tiba Kak Nugi, mantan
pelatih ekskul menulis di sekolah Friska memberitahu Friska bahwa mereka
disuruh pergi ke taman kota, dan membatalkan pembelian tiketnya. Akhirnya,
mereka menurut.
Saat di taman kota, Friska bertemu bunda, ayah, dan
Diana, adiknya. Ternyata, Safira adalah kakak Friska, dan Kakek Alif ialah kakek
kandungnya. Ayah menceritakan semua yang terjadi saat Safira berumur 3 tahun,
dan Friska masih bayi. Mereka terpisah karena kejadian gempa bumi di Sidopono.
Di hari itu juga, Friska berulang tahun ke-13. Ia
melupakannya. Alhasil, pertemuannya dengan keluarganya untuk yang pertama kali
setelah mengalami amnesia menjadi kado terindah seumur hidupnya. Mereka kembali
ke kota Sidopono keesokan harinya, termasuk Safira dan Kakek Alif. Keluarga
Friska sangat bahagia, karena anggota keluarganya utuh kembali.
0 comments:
Post a Comment