~~~ Welcome to my blog! And don't forget to visit again ^^ Arigato! ありがとう ~~~
Welcome to Chovanila Zone Blog! Please leave a chat or comment :)
RSS

Friday 6 December 2013

Cerpen : Roti Pisang Pak Riro

Tak banyak kata, cerpen yang kubuat hanyalah imajinasi semata yang sangat berharga dalam hidupku ... Inilah cerpenku, entah cerpen yang keberapa, dan diamandemen beberapa kali.. Selamat membacaaaaa ~~

ROTI PISANG PAK RIRO
            “Bu, Kana ingin makan roti pisang Pak Riro.”ucap Kana memelas kepada ibunya. Ya, roti pisang. Menurut Kana, roti pisang Pak Riro tidak ada duanya. Namun bagamana lagi, roti itu hanya bisa didapat di rumah Pak Riro sendiri, yaitu di dekat rumah nenek yang ada di desa.
            “Ya sudah, nanti kalau liburan ke rumah nenek, kita mampir ke rumah Pak Riro ya!”jawab ibu seraya mengelus rambut Kana. Gadis belia itu mengangguk sedih. Yah, mengapa harus menunggu liburan? Padahal, besok hari Minggu, setidaknya bisa lah kalau ingin pergi ke rumah Pak Riro yang kira-kira membutuhkan waktu sekitar empat jam, batin Kana.
            “Untuk sekarang, ibu belikan roti pisang di toko Bu Fifi saja ya! Rasanya juga tak kalah enak kok dengan roti Pak Riro.”ucap ibu merayu Kana. Hmm,, tetap saja, roti pisang di toko Bu Fifi masih kalah rasanya dibandingkan dengan roti pisang Pak Riro. Tapi untuk saat ini, tak apalah menerima tawaran ibu. Paling tidak, keinginan untuk makan roti pisang sudah terpenuhi. “Iya bu, Kana mau.”jawab Kana.
            Hari demi hari pun berlalu. Kana selalu melihat kalender dan menghitung jumlah hari untuk menemui liburan. Umm,, satu minggu lagi libur kenaikan semester, batin Kana. Ia ingin merayu ibu agar mengantarnya ke rumah nenek, sekaligus ke rumah Pak Riro. Ia sudah tak sabar untuk mencicipi roti pisang Pak Riro kembali.
            “Ibu, minggu depan Kana libur kenaikan semester. Ibu mau kan mengantar Kana ke rumah nenek dan rumah Pak Riro?”tanya Kana penuh pengharapan. Ibu mengangguk setuju. “Iya Kana, ibu mau.”. Kana sangat senang mendengarnya.
            Satu minggu telah lewat. Dan kini saatnya, Kana berlibur ke rumah nenek. Ia tampak sibuk mengemasi baju-bajunya yang akan dibawa. Ibu tersenyum heran melihat tingkah anaknya. Hari ini menjadi hari yang paling menyenangkan bagi Kana. Penantiannya akan terwujud.
            Sepanjang perjalanan, Kana bernyanyi riang. “Kana kayaknya senang banget sih?”tanya ibu sambil tersenyum. “Iya bu, Kana sudah membayangkan betapa nikmatnya roti pisang Pak Riro nanti.”jawab Kana. Ia melanjutkan bernyanyi. Suaranya yang merdu seolah mengiringi perjalanan mereka.
            Empat jam lamanya, akhirnya mereka sampai di rumah Pak Riro. Kana turun dari mobil terlebih dulu, lalu disusul ibunya. Kana mengetuk pintu rumah Pak Riro dan mengucapkan salam.
            Tok.tok..tok.. “Assalamualaikum!”seru Kana.
            “Waalaikumsalam!”jawab seorang anak dari dalam rumah.
            Seorang anak membukakan pintu. Ternyata dia adalah Caca, putri bungsu Pak Riro. Umurnya tak beda jauh dengan Kana. Tentunya, Kana sudah mengenal Caca sebelumnya.
            “Kana!”seru Caca. Ia memeluk Kana. “Ca, aku kangen banget sama kamu!”balas Kana. Caca mempersilahkan Kana dan ibu untuk masuk. Kana heran, suasana di dalam rumah sangatlah sepi. “Ca, kamu sendirian di rumah?”tanya Kana. “Iya. Ibu pergi ke pasar. Sedangkan Kak Nia ada acara di sekolahnya.”jawab Caca. Kana semakin heran, mengapa Pak Riro tidak disebutkan?
            “Lho, Pak Riro kemana? Kok dari tadi aku tidak melihatnya.”tanya Kana bingung. Caca tidak menjawab, malah menitikkan air matanya. Ibu dan Kana bingung melihat Caca. “Dua minggu yang lalu, ayah meninggal dunia karena sakit.”ucap Caca. “Inalillahi wa innalillahi raji’un…”kata Kana dan ibu bersamaan. Kana benar-benar tak mengira, Pak Riro kini telah tiada. Lantas, bagaimana dengan usaha roti pisangnya?
            “Sabar ya nak. Semoga amal ibadah almarhum Pak Riro diterima di sisi Allah. Lalu, bagaimana dengan usaha roti pisangnya?’kata ibu. Caca menggeleng. “Sekarang, kami tidak berjualan roti pisang lagi bu. Ibu memilih untuk menjadi pembantu rumah tangga dibandingkan meneruskan usaha ayah.”jawab Caca. “Lho, kan sayang jika usahanya harus berhenti begitu? Alat-alat untuk membuat roti juga ada, resep sudah ada, kenapa tidak dilanjutkan saja usahanya?”usulku.
            Caca mengangguk. “Iya juga ya! Sebenarnya, aku kasihan sama pelanggan roti pisang ayah, mereka masih menginginkan usaha kami berlanjut terus. Baiklah, kalau begitu aku akan membicarakan lagi kepada ibu.”ucap Caca.

            Ternyata, ibu Caca menyetujui dan berniat untuk melanjutkan usaha roti pisangnya. Kana turut senang, akhirnya ia bisa mencicipi roti pisang Pak Riro lagi, meskipun kini bukan Pak Riro lah pembuatnya. Ia juga senang bisa membantu keluarga Caca. Setiap liburan tiba, Kana selalu membantu Caca membuat roti. Usaha roti pisang Pak Riro berjalan lancar, bahkan sukses. Kini roti Pak Riro dapat dijumpai di supermarket kota, tak hanya di rumah beliau saja.

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment