Tak banyak kata, cerpen yang kubuat hanyalah imajinasi semata yang sangat berharga dalam hidupku ... Inilah cerpenku, entah cerpen yang keberapa, dan diamandemen beberapa kali.. Selamat membacaaaaa ~~
ROTI
PISANG PAK RIRO
“Bu, Kana ingin makan roti pisang Pak Riro.”ucap Kana
memelas kepada ibunya. Ya, roti pisang. Menurut Kana, roti pisang Pak Riro
tidak ada duanya. Namun bagamana lagi, roti itu hanya bisa didapat di rumah Pak
Riro sendiri, yaitu di dekat rumah nenek yang ada di desa.
“Ya sudah, nanti kalau liburan ke rumah nenek, kita
mampir ke rumah Pak Riro ya!”jawab ibu seraya mengelus rambut Kana. Gadis belia
itu mengangguk sedih. Yah, mengapa harus menunggu liburan? Padahal, besok hari
Minggu, setidaknya bisa lah kalau ingin pergi ke rumah Pak Riro yang kira-kira
membutuhkan waktu sekitar empat jam, batin Kana.
“Untuk sekarang, ibu belikan roti pisang di toko Bu Fifi
saja ya! Rasanya juga tak kalah enak kok dengan roti Pak Riro.”ucap ibu merayu
Kana. Hmm,, tetap saja, roti pisang di toko Bu Fifi masih kalah rasanya
dibandingkan dengan roti pisang Pak Riro. Tapi untuk saat ini, tak apalah
menerima tawaran ibu. Paling tidak, keinginan untuk makan roti pisang sudah
terpenuhi. “Iya bu, Kana mau.”jawab Kana.
Hari demi hari pun berlalu. Kana selalu melihat kalender
dan menghitung jumlah hari untuk menemui liburan. Umm,, satu minggu lagi libur
kenaikan semester, batin Kana. Ia ingin merayu ibu agar mengantarnya ke rumah
nenek, sekaligus ke rumah Pak Riro. Ia sudah tak sabar untuk mencicipi roti
pisang Pak Riro kembali.
“Ibu, minggu depan Kana libur kenaikan semester. Ibu mau
kan mengantar Kana ke rumah nenek dan rumah Pak Riro?”tanya Kana penuh
pengharapan. Ibu mengangguk setuju. “Iya Kana, ibu mau.”. Kana sangat senang
mendengarnya.
Satu minggu telah lewat. Dan kini saatnya, Kana berlibur
ke rumah nenek. Ia tampak sibuk mengemasi baju-bajunya yang akan dibawa. Ibu
tersenyum heran melihat tingkah anaknya. Hari ini menjadi hari yang paling
menyenangkan bagi Kana. Penantiannya akan terwujud.
Sepanjang perjalanan, Kana bernyanyi riang. “Kana kayaknya
senang banget sih?”tanya ibu sambil tersenyum. “Iya bu, Kana sudah membayangkan
betapa nikmatnya roti pisang Pak Riro nanti.”jawab Kana. Ia melanjutkan bernyanyi.
Suaranya yang merdu seolah mengiringi perjalanan mereka.
Empat jam lamanya, akhirnya mereka sampai di rumah Pak
Riro. Kana turun dari mobil terlebih dulu, lalu disusul ibunya. Kana mengetuk
pintu rumah Pak Riro dan mengucapkan salam.
Tok.tok..tok.. “Assalamualaikum!”seru Kana.
“Waalaikumsalam!”jawab seorang anak dari dalam rumah.
Seorang anak membukakan pintu. Ternyata dia adalah Caca,
putri bungsu Pak Riro. Umurnya tak beda jauh dengan Kana. Tentunya, Kana sudah
mengenal Caca sebelumnya.
“Kana!”seru Caca. Ia memeluk Kana. “Ca, aku kangen banget
sama kamu!”balas Kana. Caca mempersilahkan Kana dan ibu untuk masuk. Kana
heran, suasana di dalam rumah sangatlah sepi. “Ca, kamu sendirian di
rumah?”tanya Kana. “Iya. Ibu pergi ke pasar. Sedangkan Kak Nia ada acara di
sekolahnya.”jawab Caca. Kana semakin heran, mengapa Pak Riro tidak disebutkan?
“Lho, Pak Riro kemana? Kok dari tadi aku tidak
melihatnya.”tanya Kana bingung. Caca tidak menjawab, malah menitikkan air
matanya. Ibu dan Kana bingung melihat Caca. “Dua minggu yang lalu, ayah
meninggal dunia karena sakit.”ucap Caca. “Inalillahi wa innalillahi raji’un…”kata
Kana dan ibu bersamaan. Kana benar-benar tak mengira, Pak Riro kini telah
tiada. Lantas, bagaimana dengan usaha roti pisangnya?
“Sabar ya nak. Semoga amal ibadah almarhum Pak Riro
diterima di sisi Allah. Lalu, bagaimana dengan usaha roti pisangnya?’kata ibu.
Caca menggeleng. “Sekarang, kami tidak berjualan roti pisang lagi bu. Ibu
memilih untuk menjadi pembantu rumah tangga dibandingkan meneruskan usaha
ayah.”jawab Caca. “Lho, kan sayang jika usahanya harus berhenti begitu?
Alat-alat untuk membuat roti juga ada, resep sudah ada, kenapa tidak
dilanjutkan saja usahanya?”usulku.
Caca mengangguk. “Iya juga ya! Sebenarnya, aku kasihan
sama pelanggan roti pisang ayah, mereka masih menginginkan usaha kami berlanjut
terus. Baiklah, kalau begitu aku akan membicarakan lagi kepada ibu.”ucap Caca.
Ternyata, ibu Caca menyetujui dan berniat untuk
melanjutkan usaha roti pisangnya. Kana turut senang, akhirnya ia bisa mencicipi
roti pisang Pak Riro lagi, meskipun kini bukan Pak Riro lah pembuatnya. Ia juga
senang bisa membantu keluarga Caca. Setiap liburan tiba, Kana selalu membantu
Caca membuat roti. Usaha roti pisang Pak Riro berjalan lancar, bahkan sukses.
Kini roti Pak Riro dapat dijumpai di supermarket kota, tak hanya di rumah
beliau saja.
0 comments:
Post a Comment