Lembaran demi lembaran itu kubuka... Hanyalah sebuah buku tulis, yang penuh dengan coretan tinta pena. Ternyata, ada sebuah puisi di dalamnya. Entah tanggal berapa, yang pasti puisi ini dipertujukan untuk tugas Bahasa Indonesia...
SAHABAT DALAM
KEGELAPAN
Titik air mata menetes di tengah keheningan malam
Menunggu kedatanganmu di masa kelam
Tragedi yang kita alami, terasa pahit dan masam
Hanya perasaan gelisah yang membuat muram
Disaat
mata tak sanggup menatap
Yang
kurasakan hanyalah hitam dan gelap
Mulut
yang berdoa dan selalu berharap
Menantikan
datangnya cahaya, merubah sang gelap
Mulut dan telinga seolah mutiara yang amat berharga
Kekuranganku, seakan menjadi kelebihan yang tak terduga
Kau buat aku bersyukur atas jiwa dan raga
Yang selama ini berharap normal seperti lainnya
Dan
disaat kegelapan itu berakhir
Cahaya
datang perlahan dan bergilir
Namun,
mengapa kehidupanmu juga berakhir?
Padahal
aku berharap, kehidupan kita akan mengalir seperti air
Luapan tangis penyesalan, pengganti akan kasih sayangmu
kepadaku
Terima kasih atas mata yang kau berikan itu
Aku berjanji akan menjaga titipanmu
Selamat jalan sahabat
Kuukir namamu di hatiku …
0 comments:
Post a Comment