~~~ Welcome to my blog! And don't forget to visit again ^^ Arigato! ありがとう ~~~
Welcome to Chovanila Zone Blog! Please leave a chat or comment :)
RSS

Friday 28 June 2013

MISTERI DANAU ALFORIA : Kulit Kerang Bercahaya



Hari kedua… Aku membuka mata perlahan. Kulihat Nadia dan Farah sedang merapikan rambut dan melipat baju tidurnya. Sementara Fista dan Aliya masih tertidur lelap. “Nadia, Farah, sholat Subuh yuk!”ucapku setelah merapikan rambut dan melipat selimut. “Tapi belum adzan!”balas Farah. “Kamu mau sholat pakai baju tidur gitu? Sana ganti baju dulu!”tambah Nadia. “Iya, iya!”jawabku. Aku segera menuju kamar mandi dan berganti pakaian, lalu merapikan rambut. Suara adzan Subuh pun terdengar telinga. Aku membangunkan Aliya dan Fista yang masih tertidur lelap di kasur. “Fista, Aliya, bangun! Waktunya sholat Subuh nih!”seruku sambil menepuk bahu Fista dan Aliya. Mereka segera bangun, kemudian kami sholat Subuh bersama-sama.
            Bu Ina mengecek kamar kami. “Anak-anak, setelah sholat Subuh kalian langsung mandi dan berpakaian rapi ya! Lalu bergegas menuju ruang makan untuk sarapan!”perintah Bu Ina. “Baik bu!”jawab kami serempak. Kami segera melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Bu Ina. Dan kini saatnya menuju ruang makan.
            Ohayou Gozaimashu Cherrysa, Farah, Nadia!”sapa Alvin. Kami saling menyapa, dan makan bersama. “Siap-siap ya, buat penjelajahan nanti!”seruku. Semua menatapku, dan melanjutkan makan. Hmm,, tatapan yang sungguh menyinggung! Apakah ada yang salah dengan ucapanku barusan?
            Sambil menunggu waktu penjelajahan, kami berlima berjalan-jalan sekitar penginapan. Pemandangan di sini memang bagus, cocok untuk refreshing. Udaranya sejuk, sangat mendukung untuk proses berpikir bagi para pelajar. Mungkin karena terlalu sejuk, aku dan Nadia masih memakai sweeter.
            Tak terasa, waktu penjelajahan pun dimulai. Semua anak berbaris rapi menuju hutan, kecuali kelompok yang sudah menemukan bahan. “Anak-anak, Bu Ina akan memandu kalian di depan. Tidak boleh berpisah dari grupnya, atau berpisah dari rombongan sekolah. Dan ingat, jangan mendekati gua dan danau yang ada di hutan sana! Mengerti?”seru Bu Ina. “Mengerti!!!!!!!”jawab anak-anak serempak. Hmm,, gua dan danau! Aku jadi ingat perkataan pemandu wisata waktu itu.
            Kali ini, aku berjalan bersama Alvin di belakang. Kelompok kami berada di depan kelompok Aliya. Aku asyik mengobrol dengan Alvin, tiba-tiba mataku kelilipan. Langkah kami terhenti. Alvin meniup mataku. Yey, akhirnya mataku sudah gak kelilipan lagi. Kami menyusul Farah, Nadia, dan Frio. “Hey, kalian berdua darimana? Kok berlarian menyusul kita begitu?”tanya Frio. “Eh,, mmm, eng-gak kok, mataku tadi kelilipan. Sorry ya guys, aku gak bilang sama kalian dulu!”ucapku. “Ehem,, ehem,, kelilipan atau….”belum sempat Nadia menyelesaikan ucapannya, Frio menyahut, “Pengen jalan berdua sama Alvin? Hayo ngaku?!”. Aku tersentak kaget, “Hah? Ya nggak lah! Aku kan jalan sama kalian berempat! Bukan sama Alvin aja, iya kan?”sangkalku. Karena mungkin terlalu kaget, mataku kelilipan lagi. “Aduh, tuh kan mataku jadi kelilipan lagi nih!”keluhku. Dan lagi-lagi Alvin yang meniup mataku, karena memang daritadi dia berjalan disampingku. “Thanks ya, Vin!”ucapku tersenyum. Dia mengangguk. Frio, Farah, dan Nadia menoleh ke belakang, melihat kami berdua. Haduh, aku kan malu dilihatin gini. Eh, kenapa sejak tadi Alvin diem aja ya, atau mungkin dia sakit, atau.. salah tingkah karena ucapan teman-teman tadi? Hah, sudahlah.
            Kelompok Aliya berjalan lebih dulu, sehingga sekarang kami berada paling belakang. Huh, berjalan paling belakang lagi, rasanya menakutkan. Saat kami berjalan-jalan melihat sekeliling, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh. Bayangan yang sedari tadi mengikuti langkah kami berjalan menjadi banyak jumlahnya. Tentu kamu tahu kan, sinar matahari yang mengenai tubuh kita akan menghasilkan bayangan. Nah, bayangan itu seketika menjadi banyak, melebihi jumlah orang yang berjalan saat ini. Padahal, di belakang kami sudah tidak ada anak satupun. Saat kutoleh kebelakang, memang tidak ada anak. Aku merinding ketakutan. “Alvin, kamu toleh kebelakang dong!  Bayangan itu…”ucapku. Alvin menoleh. “Nggak ada yang aneh! Bayangan itu bayangan tubuh kita sendiri, Rysa! Tuh, jumlah nya juga ada lima, sesuai dengan jumlah orang yang berjalan saat ini. Hahaha… Sama bayangan aja takut!”ucap Alvin. Aku tidak percaya, kutoleh lagi. Benar! Bayangan itu jumlahnya lima! Padahal, jelas-jelas aku tadi melihat jumlahnya banyak, lebih dari lima!
            Aku berusaha melupakan. Mungkin saja aku salah lihat, karena rasa takutku yang terlalu menghantui. “Sudah, gak usah nangis! Itu cuma perasaan kamu aja..”ucap Alvin. Tak kusangka, Alvin tiba-tiba mengusap air mata yang ada di pipiku. Ia sungguh perhatian terhadapku! Alvin memang sahabat yang baik. “Thanks ya, Vin! Kamu perhatian banget sama aku. Kamu memang sahabat yang paling baik, yang pernah kutemui.”ucapku. Ia tersenyum dan menggandeng tanganku. Apa maksudnya ini? Aku tak menolak, hanya mengikuti saja. Rasa perhatian Alvin terhadapku hanyalah sebagai sahabat, tidak lebih dari itu.
            Farah, Nadia, dan Frio menghentikan langkahnya. “Hei, kalian berdua kalau jalan lama banget sih?”celoteh Frio. Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba Nadia menambah, “Eits, lihat tuh temen-temen! Cherrysa dan Alvin bergandengan tangan!”. “Iya, iya, jangan-jangan kalian..”belum selesai berceloteh, Alvin menyangkal, “Haduh, bukan apa-apa! Kalian salah paham! Tadi Cherrysa ketakutan, ya udah kita jadi jalannya lambat!”. Alvin melepaskan tanganku. Hmm,, ada yang aneh! Di tengah seru-serunya berbicara seperti ini, Farah hanya diam tak ikut angkat bicara. Farah kenapa ya? Atau mungkin saja dia cemburu mendengar ucapan Nadia dan Frio barusan? Dan Farah suka sama Alvin? Hah, lupakan! Mungkin saja Farah lagi sariawan, males berbicara! Hehehe...
            Kami melanjutkan berjalan. Kulihat teman-temanku. Kali ini Alvin asyik mengobrol dengan Farah. Tampaknya, Farah senang sekali bisa mengobrol sedekat itu dengan Alvin. Eh, kenapa aku jadi mengurusi mereka? Tak ada yang salah jika mereka mengobrol, kan kita bersahabat! Kenapa sepertinya aku merasa kesal setiap melihat Farah dekat dengan Alvin? Sudahlah Cherrysa, lupakan!, batinku. Kulihat Nadia asyik mengobrol dengan Frio. Huh, aku berjalan sendirian! Sungguh membosankan!
            Tiba-tiba aku melihat sebuah kulit kerang berkuran kecil yang cukup banyak jumlahnya. Aku mengambil kulit-kulit kerang itu. “Guys, lihat! Ada kulit kerang nih! Kayaknya bisa kalau kita gunakan sebagai bahan lomba KIR!”seruku. Teman-teman menghampiriku. “Memangnya mau dibuat apa, kulit kerang itu?”tanya Farah. Aku menjawab, “Hmm,, aku tidak tahu pasti sih! Tapi, kita kan bisa cari kandungan kulit kerang di internet..”Aku pernah baca di artikel, kulit kerang itu banyak mengandung kalsium karbonat.”tambah Alvin. Maklum, dia kan suka baca buku! Frio menambah, “Kalo setahuku sih, kalsium karbonat itu banyak terkandung dalam pasta gigi, gigi palsu, pokoknya yang berhubungan dengan tulang dan gigi.”. “Ya sudah, kita ambil saja kulit-kulit kerang ini!”seru Nadia. “Mmm,, kalian lihat gak, cahaya yang ada di salah satu kulit kerang itu?”ucapku seraya menunjukkan cahaya yang kumaksud. Ada salah satu kulit kerang yang berukuran cukup besar dibandingkan dengan yang lain. Kulit kerang itu mengeluaran cahaya kecil. Indah, tapi aneh! Mana mungkin kulit kerang bercahaya? “Iya, kok aneh ya?”balas Frio. “Sudah, mungkin itu kulit kerang gagal cetak!”jawab Nadia sambil ketawa. Kami ikut tertawa.
            Mungkin bagi teman-temanku, cahaya yang ada di kulit kerang itu tidak penting. Tapi menurutku, cahaya itu perlu diselidiki. Mungkin saja ada arti tersembunyi dibalik cahaya itu. Atau,, bisa saja cahaya itu dapat membahayakan kita!
            Akhirnya, bahan untuk lomba KIR sudah ada. Sekarang, tinggal berjalan menuju penginapan dengan mengikuti arah panah yang ada. Oh ya, kalian belum tahu, jalan yang kami lewati sekarang berbeda lho dengan jalan yang kami lewati kemarin! Jadi, kami tidak mungkin menemui jalan bercabang yang kemarin itu.
            Tiba-tiba, Farah menjerit, “Aduh! Sakiitttt….”. Ia menangis kesakitan. Aku, Nadia, dan Frio menghampiri Farah dan Alvin yang daritadi berjalan di belakang. Ternyata kaki Farah tersandung batu dan ia jatuh. “Ya ampun Farah! Kaki kamu berdarah! Tuh lihat, kamu perlu diobati.”ucapku. Untungnya, Nadia membawa obat merah dan plester di saku bajunya. Tiba-tiba aku melihat sesuatu. Di dekat batu itu terdapat sebuah kulit kerang yang bercahaya. Aku mengambilnya. “Teman-teman, ini kan kulit kerang bercahaya yang kita ambil tadi. Kok bisa ada disini? Bukannya kita bawa di kantong plastik ya?”ucapku bingung. “Oh iya ya, kalo gitu coba di cek di kantong plastik, kulit kerang bercahaya yang tadi itu ada atau tidak!”tambah Alvin. Frio yang membawa kantong plastik itu, dan ia melihat isi kantong plastik. Ternyata kulit kerang bercahaya itu tidak ada! Dan kulit kerang itu berpindah tempat di sebelah batu tempat Farah jatuh. Kok bisa ya? Ini sungguh tidak masuk akal! Frio memasukkan kulit kerang bercahaya itu di kantong plastiknya.
            Kami melanjutkan perjalanan. Aku menoleh ke belakang, melihat Farah dirangkul Alvin, dan dibantu berjalan. Rasa kesal kembali tumbuh dari dalam hatiku. Apa mungkin aku cemburu melihat mereka? Tapi itu kan sebuah hal yang wajar, seorang anak yang membantu sahabatnya berjalan karena kaki sahabatnya sakit. Ya ampun Cherrysa! Alvin dan Farah itu sahabatmu, tidak boleh berpikir seperti itu. Kamu tidak boleh menyukai sahabatmu sendiri, karena justru itulah yang akan merusak persahabatanmu, batinku.
            Tiba-tiba, hal yang sama terulang lagi. Untuk kedua kalinya, kami menemukan….
                           => TUNGGU CERITA SELANJUTNYA : GUA MISTERIUS <=

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Thursday 27 June 2013

MISTERI DANAU ALFORIA : Misteri Arah Panah



Hoaahhmmm… Aku terbangun dari tidur. Kulihat jam dinding. Yah, masih jam 4 pagi! Sepertinya teman-temanku belum ada yang bangun. Fista masih tidur. Nadia dan Aliya juga! Tapi Farah kok nggak ada ya? Aku mengusap mata dan keluar kamar mencari Farah. Aku pengen sholat Subuh, tapi belum adzan. Farah dimana ya?
            Aku berjalan melewati beberapa kamar yang ada di penginapan. Aku tengok kamar mandi, Farah juga tidak ada. Mungkin Farah berada di lantai bawah. Tanpa pikir panjang, aku menuruni tangga. Suasananya kok masih sepi sekali ya? Padahal sekarang mau Subuh loh!
            Itu Farah!! Aku melihat Farah duduk sendirian di kursi taman dekat mushola. Mukanya tampak sedih dan murung. Farah kenapa ya? Aku menghampirinya. Melihat Farah sedih, aku jadi ingat hal kemarin.
            Ohayou, Gozhaimasu Farah! (Selamat pagi Farah)”sapaku ramah. “Ohayou Cherrysa!”balasnya. “Kamu kenapa? Kok mukanya sedih?”tanyaku. “Gak tau kenapa, aku nggak tenang, Fa! Rasanya aku pengen pulang. Padahal sebelumnya, aku gak pernah merasa seperti ini. Melihat hutan Alfo, tiba-tiba muncul perasaan tidak enak.”. Farah menjelaskan apa yang dia alami. “Aku merasakan hal itu sejak kemarin, Far! Nadia juga… Lebih baik kita berdoa, semoga tidak ada hal buruk yang akan menimpa kita.”ucapku. Farah mengangguk. Tak lama kemudian, adzan Subuh berkumandang. Aku dan Farah mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat.
            Seusai sholat, aku menghampiri Alvin dan Frio. Rupanya mereka sedang bercanda. Kami pun mengajak mereka untuk keluar. Aku, Farah, Alvin dan Frio berniat untuk menyusul Nadia. Kami bercanda sambil menunggu kegiatan selanjutnya. Aku berusaha melupakan apa yang aku rasakan semalam.
            Tak terasa, matahari pun terbit. Pagi pun datang. “Ayo anak-anak! Sekarang sudah jam 6 pagi… Silahkan mandi dan berganti pakaian, lalu sarapan. Karena setelah ini kalian akan menjelajah hutan dan mencari bahan untuk lomba KIR!”seru Bu Ina. Anak-anak berhamburan menuju kamar masing-masing dan bersiap-siap untuk menjelajah.
            Tepat pukul 7, kami disuruh berkumpul di depan penginapan. Aku membawa beberapa camilan dan minuman untuk nanti. “Frio, kita menjelajah hutan sampai jam berapa?”tanya Farah. “Setahuku sih jam 6 sore!”jawab Frio. “Hah? Jam 6 sore? Lama banget!”celotehku. “Ya emang! Karena itu kita disuruh bawa bekal kayak gini…”tambah Alvin. “Kalian tahu darimana?”ucap Nadia. “Aku tadi tanya Bu Ina…”kata Frio.
            Setelah diberi penjelasan, kami memulai penjelajahan. Awalnya, kelompokku berjalan bersamaan dengan kelompok Fista. Tapi, akhirnya kelompok kami berpencar. Aku melihat sekeliling hutan. Yang kutemui hanya pohon, semak, rumput liar, batu, kerikil, dan belalang yang terkadang hinggap di kakiku. Aku tidak menemukan ide untuk lomba KIR.
            “Guys, kalian punya ide nggak buat lomba KIR? Mungkin batu dimanfaatkan jadi apaaa gitu???”tanyaku. “Mmm,, enggak!”jawab mereka kompak. Kami serius mencari jalan agar tidak tersesat. Hingga akhirnya kami menemukan jalan bercabang. Kami mengikuti arah panah yang menunjukkan salah satu jalan diantara dua jalan itu.
            Aku berjalan paling belakang diantara teman-temanku. Sepertinya tidak ada kelompok lain yang mengikuti arah jalan kami. Aku terheran. Padahal kami sudah benar mengikuti arah panah penunjuk jalan. Atau jangan-jangan itu bukan panah untuk sekolah kami? Kita tersesat?
            “Temen-temen, kayaknya kita tersesat deh! Dari tadi kita nggak melihat kelompok lain dari sekolah kita. Mungkin saja panah itu bukan untuk kita?”ucapku agak takut. “Iya juga sih! Kelompok lain mana ya?”ucap Nadia. “Gak ada salahnya kita mengulangi jalan yang tadi. Jalan yang bercabang itu! Mungkin aja kita salah lihat arah panah…”kata Alvin. “Tapi sepertinya keberadaan kita sudah jauh dari  jalan bercabang itu!”seru Farah. Frio mengangguk, kemudian menambah, “Insya allah aku masih ingat kok jalannya!”.
            Kali ini Frio berjalan paling depan. Kami mengikutinya dan mengingat-ingat jalan bercabang itu. Sesampai di jalan bercabang, kami melihat arah panah itu sudah tidak ada. “Loh, tadi arah panahnya disini kan?”tanyaku. “Iya! Kok sekarang sudah tidak ada ya?”tambah Nadia. “Mungkin saja kita salah jalan, guys!”seru Alvin. “Ya sudah, kita tadi kan memilih jalan kiri, sekarang kita memilih jalan kanan aja!”kata Farah. Teman-teman mengangguk setuju.
            Kami berjalan cukup lama. Akhirnya kami menemukan rombongan dari sekolah. Tentu saja kami merasa lega. Hatiku cukup plong melihat teman-teman sekelasku. “Kalian darimana saja? Kok lama sekali baru sampai sini?”tanya seseorang yang ternyata itu adalah Aliya. “Mmm,, nggak. Kami tadi cuma lama berjalan saja…”jawabku. Aku berusaha menutupi penyebab yang sebenarnya. Sepertinya Aliya tidak perlu tahu. “Sudah dapat bahan untuk lomba KIR?”tanya Fista. Nadia menggeleng. Rupanya kelompok Fista juga belum dapat bahan untuk lomba KIR. Ya sudahlah, kata Bu Ina, bagi kelompok yang belum menemukan bahan, bisa dilanjut besok mencarinya.
            Aku berharap besok sudah menemukan bahan dan ide. Tetapi aku masih heran dengan arah panah tadi. Mengapa bisa hilang begitu saja ya? Anehnya, tidak ada bekas atau jejak sama sekali. Kalau misalnya arah panah itu dicabut, mungkin ada bekas di tanah.
            Setelah makan malam, aku, Nadia, dan Farah kembali ke kamar penginapan. Namun, Fista dan Aliya belum tampak rupanya. Kami melakukan kegiatan masing-masing. Aku asyik membaca novel. Nadia bermain laptop. Farah melihat televisi dengan channel kesayangannya. “Kalian heran nggak sih sama arah panah tadi?”ucapku membuka pembicaraan. Aku berharap mereka merespon. “Iya, aku juga merasa aneh sama arah panah tadi.”kata Farah. “Aku juga merasa aneh dan heran, hilangnya arah panah itu tidak meninggalkan jejak apa-apa.”tambah Nadia. “Kalau misalnya panah itu dicabut, pasti ada bekasnya di tanah. Kalau panah itu diterpa angin, mestinya panah itu masih ada, cuma kondisinya miring. Lagipula, saat kita berjalan tidak ada angin kencang kok!”kata Farah. Aku dan Nadia mengangguk.
            Saat kami membahas panah, tiba-tiba Aliya dan Fista datang. Kami segera mengalihkan pembicaraan. “Kalian lagi ngomongin apa sih?”tanya Fista. “Bukan apa-apa kok! Kami hanya membicarakan keindahan pemandangan di hutan tadi.”jawab Nadia. Tepat pukul 9 malam, kami segera bersiap untuk tidur dan menghentikan aktivitas masing-masing.
            Seketika itu pula, perasaan tidak enak menghantuiku. Aku tidak bisa tidur. Atau jangan-jangan arah panah itu ada hubungannya dengan perasaanku ini? Arah panah itu menyesatkanku. Padahal sudah jelas sebelumnya, panah itu menunjukkan arah kiri, dan ternyata jalan yang benar adalah kanan. Aku berusaha tenang dan memejamkan mataku, melupakan apa yang terjadi. Aku harus konsentrasi dalam mencari bahan lomba KIR. Waktu tinggal 2 hari lagi. Menemukan bahannya saja belum, bagaimana mau menelitinya? Sudahlah Cherrysa, tenangkan pikiranmu!

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MISTERI DANAU ALFORIA : Hutan Alfo!!! I’M COMING!!!



Hari ini, tanggal 20 November 2013. Inilah hari yang kutunggu-tunggu. Kalian tahu mengapa? Hari ini aku berangkat Studytour ke Hutan Alfo!!! Tentu senang sekali bukan? Meskipun banyak perlengkapan yang harus aku bawa, tetapi itu tidak menjadi masalah buatku. Aku selalu membayangkan betapa serunya berpetualang di hutan. Itulah impianku sejak SD dulu. Dan akhirnya terwujud hari ini.
            Aku dan teman-teman berkumpul di sekolah untuk berangkat bersama. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 5 jam. Aku menikmati pemandangan sepanjang perjalanan melalui kaca jendela bis. Sungguh indah sekali! Aku membayangkan betapa indahnya hutan Alfo nanti. Keindahan ini mungkin tidak ada di kotaku.
            “Radif, kamu kenapa sih? Dari tadi aku lihat kamu melamun terus! Kamu sakit?”tanya Farah penuh perhatian. “Hah,, iya,, mmm,, eh,, aku dari tadi melamun ya? Mmm,, aku nggak sakit kok! Cuma terkagum aja melihat pemandangan disini bagus banget!”jawabku setengah kaget mendengar pertanyaan Farah yang membuyarkan lamunanku. Akhirnya aku bercanda bersama teman-temanku.
            Beberapa jam telah berlalu… Kayaknya Hutan Alfo sudah dekat deh! Itu artinya sudah mau sampai. “Guys, kita sudah mau sampai lho!”seruku. Semua teman-temanku terkaget mendengar teriakanku, lalu menghentikan aktivitasnya masing-masing. “Cherrysa!!! Suaramu kenceng banget!!!!!!”protes Fista. “Hehehe… Sorry!”ucapku merasa tak bersalah. Lima menit kemudian, bis yang kami tumpangi memasuki kawasan Hutan Alfo. Anak-anak bersorak gembira. Lalu kami bergegas turun dari bis dan mendengarkan Pemandu berbicara.
            “Anak-anak, hutan ini sering dimanfaatkan untuk wisata, jadi binatang buas di hutan ini jumlahnya sedikit. Kalian harus berhati-hati dengan Danau Alforia yang ada di sudut sana! (menunjuk sebuah arah). Jaga diri kalian baik-baik. Diusahakan kalian juga tidak mendekati gua yang ada di sebelah sana! (menunjuk sebuah arah). Kalian mengerti?”ucap Pemandu. “Mengerti Pak!”jawab anak-anak kompak. Aku sebenarnya heran, mengapa kami semua tidak dibolehkan mendekati sebuah danau dan gua. Tetapi, aku berusaha untuk melupakan pertanyaanku, berpikir positif, dan menghilangkan sedikit rasa takut yang menyelimuti hatiku.
            Kami diberi kesempatan untuk berjalan-jalan melihat pemandangan Hutan. Tetapi, kami tidak diperbolehkan berjalan terlalu jauh. Setelah satu jam, kami disuruh berkumpul di penginapan dan beristirahat karena hari sudah malam.
            Satu kamar berisi 5 anak. Kamar cewek di lantai atas, dan kamar cowok di lantai bawah. Aku satu kamar dengan Nadia, Farah, Fista, dan Aliya. Aku merapikan barang-barangku dan kuletakkan tasku di pinggir tembok sebelah tas milik Aliya.
            Entah mengapa, aku berfirasat tidak baik saat itu. Aku merasa, sepertinya aku tidak diperbolehkan untuk meneruskan studytourku. Padahal selama ini aku tidak pernah takut saat bepergian jauh dari orangtua. Aku tidak mengalami perasaan seperti ini waktu liburan SD dulu. Hatiku tidak tenang. Ingin rasanya aku pulang dan berkumpul bersama keluargaku.
            Kulihat jam dinding yang menunjukkan pukul 9 malam. Biasanya jam segini aku masih bercanda dengan Dinda, atau melihat televisi bersama bunda dan ayah di ruang keluarga. Aku sangat merindukan mereka. Padahal baru sehari aku disini. Tiga hari lagi aku baru pulang. Aku menengok teman-temanku. Sepertinya mereka sudah tidur lelap, mungkin karena kelelahan. Aku berusaha memejamkan mataku, tetapi tidak bisa. Padahal aku sendiri lelah dan menginginkan untuk tidur.
            Tiba-tiba ada suara yang memanggilku. “Cherrysa, kamu kenapa? Kok sepertinya tidak tenang begitu?”. Aku menoleh dan mencari arah suara. Ternyata itu adalah suara Nadia. “Nggak kok, Nad! Tapi memang benar sih, aku tidak tenang.”jawabku pelan. “Nggak tenang kenapa? Kangen sama Dinda ya?”kata Nadia. “Iya, aku kangen sama Dinda. Tapi bukan karena itu yang buat aku gak tenang.”ucapku. “Terus, karena apa?”tanya Nadia penasaran. Aku heran, mengapa dia bertanya seperti itu. Selama ini Nadia tidak pernah bertanya sampai jelas gitu. Apa mungkin dia juga merasa tidak tenang sepertiku? Ah, tidak ada salahnya aku ceritakan apa yang aku rasakan.
            “Gak tau kenapa, aku merasa tidak tenang Nad! Sepertinya aku tidak dibolehkan untuk meneruskan studytour kita ini. Aku pengen pulang…”ucapku pelan. Aku tidak pernah berbicara sepelan ini. Suaraku yang biasanya keras, menjadi kecil seperti orang yang kehabisan suara. Tanpa kusadari, perlahan-lahan air mataku menetes. Cherrysa menangis? Baru kali ini aku menangis dihadapan temanku.
            “Perasaan kita kok bisa sama ya? Aku juga merasa tidak enak dengan studytour kita kali ini. Aku pengen pulang. Aku kangen sama Kitty.”ucapnya. Ya ampun, kangen kok sama kucing? Hehehe… Nadia ada-ada aja deh!
            “Atau jangan-jangan ada sesuatu yang akan terjadi diantara kita nanti?”kata Nadia. “Ah, jangan berpikir negatif seperti itu dong! Aku jadi tambah takut nih!”balasku. Tapi benar juga sih apa yang dikatakan Nadia. Kenapa perasaanku dan Nadia bisa sama seperti ini? “Kita tidur yuk! Kamu pasti ngantuk kan?”ucapku. Nadia mengangguk. Aku tahu dari mata Nadia, sepertinya dia tidak bisa tidur.
            Sebelum tidur, aku menyempatkan waktu untuk berdoa kepada Allah. Ya Allah, tenangkanlah hatiku… Jauhkanlah aku dari pikiran yang negatif… Hapuslah rasa takut yang menghantui hambamu ini, Ya Allah. Amin ya robbal ‘alamin…, doaku dalam hati. Setelah berdoa, hatiku sedikit lebih tenang. Tak lama kemudian, aku dan Nadia tertidur lelap menyusul Farah, Aliya, dan Fista.

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MISTERI DANAU ALFORIA : Studytor ke Hutan Alfo??? IKUT!!!



Kringgg!!! Kringgg… kringgg… Alarm ku berbunyi tepat pukul 05.00. Aku mematikan alarmku dan melanjutkan tidur. Hingga akhirnya tepat pukul 6 pagi, bunda memaksaku untuk bangun dan bersiap ke sekolah. Entah mengapa, hari itu rasanya aku malas sekolah. Mungkin karena aku kecapekan karena kemarin banyak tugas sekolah yang harus diselesaikan.
            “Kak, ayo berangkat! Dinda udah telat nih!”seru Dinda, adikku. “Iya, dek! Kakak masih sarapan nih! Nanti kakak lapar kalau gak sarapan…”sahutku. Setelah sarapan, ayah mengantar aku dan Dinda menuju sekolah masing-masing. Kebetulan, sekolah kami satu jalur. Sekolahku lebih dekat dibandingkan sekolah Dinda. Jadi, ayah mengantarku terlebih dahulu.
Text Box: Studytour SMP Melati Indah 2013
Kalian murid kelas 7 dan 8 SMP Melati Indah? Ayo ikuti kegiatan Studytour dalam rangka Hari Kreatif Nasional dan Lomba Karya Ilmiah Remaja 2013!
Tanggal pelaksanaan : 20-23 November 2013
Tempat   : Hutan Alfo
Tema Peneleitian : “Memanfaatkan Hasil Hutan sebagai Sesuatu yang unik dan bermanfaat”
Info lebih lanjut hubungi:
Pak Ardi 081324590122
Bu Lily 083876011234
Atau  kunjungi website:
www.smpmelatiindah.ab.cd
Facebook: MelatiIndahSMP
Twitter: @Melati_IndahSMP
 
            Sesampai di sekolah, aku heran melihat teman-temanku yang bergerumbul di depan mading sekolah. “Frio, Farah, ada apa sih? Kok ramai sekali?”tanyaku yang sepertinya ketinggalan berita. “Sekolah kita mengadakan kegiatan Studytour ke Hutan Alfo! Lebih jelasnya, lihat aja tuh di mading!”jawab Frio. Tanpa basa-basi, aku menyelinap di antara teman-temanku dan melihat poster yang ada di mading. Mau tahu posternya? Lihat saja dibawah ini!







Reserved: Pendaftaran Gratis!!!
 





            Aku tersenyum senang membacanya. Nadia berkata, “Gimana, kalian mau ikut?”. Aku menjawab, “Ikut dong!”. “Aku setuju! Aku pengen ikut… Tapi biasanya, orangtuaku tidak membolehkanku karena terlalu khawatir terhadapku. Nanti aku coba untuk merayu orangtuaku deh!”ucap Farah. “Kita pasti bantu kamu kok Far!”tambah Alvin. “Thanks all!”.
            Sepulang sekolah, aku berlarian menuju dapur, berniat untuk menghampiri bunda yang sepertinya sedang memasak. Bunda sedang menyiapkan makan malam, karena waktu itu menunjukkan pukul 18.30. Hari itu aku ekskul Bulutangkis, jadi jangan heran kalau pulangku malam seperti itu. Setelah makan malam bersama bunda, ayah, dan Dinda, aku segera menceritakan Kegiatan Studytour yang diadakan oleh sekolahku. “Bunda, ayah, tadi di sekolah ada pengumuman tentang Kegiatan Studytour ke Hutan Alfo dan Lomba Karya Ilmiah. Aku ikut boleh kan?”tanyaku. “Sebaiknya, kamu tidak perlu ikut nak! Bunda khawatir terhadapmu. Hutan Alfo itu banyak binatang buas. Selain itu, lokasinya pun jauh dari kota ini.”jawab ibu. Aku kecewa, padahal aku sangat berharap bisa mengikuti kegiatan itu. “Apa tidak lebih baik Cherrysa ikut saja? Ini kan acara sekolah. Cherrysa itu sudah besar, dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Selain itu juga banyak guru dan teman-temannya yang akan menemaninya dan menjaganya.”sangkal ayah. Kali ini ayah mendukungku. Terima kasih ayah, batinku. “Cherrysa pengen belajar mandiri, Bunda.”tambahku. Bunda akhirnya memperbolehkanku mengikuti kegiatan Studytour tersebut. Aku sangat senang mendengarnya. Tapi, bagaimana dengan Frio, Farah, Alvin, dan Nadia ya? Aku tidak sabar menanyakannya besok di sekolah.
            Keesokan harinya di sekolah…
            “Cherrysa! Kamu ikut studytour kan?”tanya Alvin membuka pembicaraan. Aku mengangguk. “Yeeyyy!!! Kita semua dibolehkan untuk ikut!”seru Nadia. “Lho, Farah juga dibolehkan?”tanya Frio. “Ya, aku dibolehkan ikut kok!”jawab Farah. Kami berlima membentuk kelompok untuk lomba KIR dan menyusun strategi menyelesaikan lomba.
            Setiap hari, aku menghitung hari menuju tanggal studytour. Aku sudah tidak sabar untuk menjelajah Hutan Alfo dan mencari bahan untuk lomba. Aku tidak merasa takut sama sekali. Aku yakin, banyak teman-teman dan guru yang akan melindungiku misalnya aku membutuhkan pertolongan. Cuma 4 hari 3 malam saja, Insyaallah aku bisa melakukannya dengan baik. Doakan ya teman-teman!

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS